Selasa, 27 November 2012

AKU



Di siang yang terik, seorang gadis terlihat ingin membeli sesuatu di sebuah toko yang dilaluinya. Gadis tersebut bernama Debi seorang gadis yang memiliki sebuah kekurangan yang membuatnya kesulitan dalam menyampaikan pesan kepada orang lain, kekurangan tersebut ialah tunawicara.
Debi    : (permisi bu, bisa saya membeli biscuit di sini?) dengan gerakan tubuh.
Mona  : kenapa dik? Saya tidak mengerti apa yang adik ucapkan barusan.
Debi    : (ini bu, bisakah saya membeli biscuit di toko ibu ini?)
Debi mencoba menjelaskan secara perlahan, namun pedagang tersebut tetap kesulitan dalam mengetahui maksut yang ingin di sampaikan Debi.
Mona  : aduh dik, adik ini ngomong apa sih saya gak ngerti dengan gerakan yang adik lakukan. (Mona kesal).
Debi    : (saya ingin membeli biscuit bu) dengan gerakan perlahan Debi terus mencoba untuk menyampaikan pesan yang dia maksutkan.
Mona  : oh, adik mau membeli sabun, sebentar saya ambilkan. (Mona berjalan mengambil sabun dari tokonya.) namun sebelum Mona sampai Debi berteriak dan akhirnya Mona kembali menghampiri Debi.             Namun beberapa saat kemudian datanglah seorang pembeli, yang berada di belakang Debi menunggu giliran untuk melakukan transaksi.
Debi    : (bukan bu) sambil berteriak dan terus menggelengkan kepalanya.
Mona  : oh bukan, terus kamu maunya apa? Sabun bukan, kamu maunya sampo? Apa makanan?
Debi    : mendengar kata makanan Debi mengangguk (iya bu)
Mona  : oh makanan, makanan apa? Coklat? Kripik? Biscuit? Apa mie instan?
Debi    : (biscuit bu) dengan gerakan menunjuk pilihan yang di sebutkan Mona.
Arin     : mbak lama sekali sih(Arin mengucapkan dengan kesal)
Debi    : (iya mbak sebentar, maaf ya mbak) dengan gerakan tubuh Debi meminta maaf.
Arin     : saya sudah dari tadi nunggu nih, mbak dari tadi berbicara tidak jelas mengeluarkan gerakan-gerakan aneh, mending mbak pulang deh, cari kertas dan tulis di kertas apa yang mbak inginkan! sudah! saya sudah tidak tahan lagi, lebih baik mbak pergi dari sini.
            Tidak lama kemudian seseorang datang ke toko tersebut, yang ternyata ialah kakak Debi yang sangat galak.
Teguh  : kamu ngapain disini? Sudah kaka bilang setelah pulang kuliah tuh, langsung pulang kerumah, jangan jalan-jalan!
Debi    : (maaf ka) Debi mulai bersedih
Arin     : harusnya mas bilangin dong ke adiknya jangan nyusahin orang lain, kalau begini kan jadi menyia-nyiakan waktu saya!
Teguh  : maaf ya mbak, maaf kan adik saya, saya akan membawanya pulang sekarang  juga.
Akhirnya Teguh membawa Debi pulang dan transaksi kembali normal kembali. Saat di perjalanan Teguh terus memarahi Debi.
Teguh  : kamu sudah di bilangin berkali-kali tetap tidak mengerti, kakak malu harus terus mengingatkan kamu di depan orang-orang.
Debi    : (maaf ka) Debi terus mencoba meminta maaf ke kakaknya.
Teguh  : kakak sudah cape mengingatkanmu untuk membawa alat tulis kemana-mana, namun kamu tidak ngerti-ngerti dan berlagak semua orang dapat mengerti kamu.
            Sesampainya di rumah, Ayah dan Ibu mereka sedang duduk di halaman rumah mereka.
Teguh  : Assalamu’alaikum yah, bu..
Debi    : (yah, bu, kami pulang) dengan wajah bersedih Debi memberi salam kepada kedua orang tuanya.
Indraji : Wa’alaikum salam, Debi kenapa guh? Kok ayah lihat dia sepertinya habis menangis,
Teguh  : ini yah, tadi Debi ingin membeli sesuatu di warung tapi dia lupa membawa peralatan tulisnya.
Indraji : apa! Kan sudah ayah katakan kepada Debi untuk selalu membawa peralatan tulisnya, Debi!! Kamu ini anak yang tidak bisa dibilangin orang tua. Sudah berapa kali kamu ayah bilangin namun tidak ngerti-ngerti, sudah mulai saat ini kamu tidak boleh keluar dari rumah.
Debi    : (tapi yah) sambil memohon maaf pada ayahnya.
Novi     : sudah yah jangan marahi Debi terus, malu di lihat tetangga,
Indraji : biar saja bu, biar semua orang tahu dan mengerti dengan keadaan debi yang tunawicara.
Novi     : Ayah!  Kasihan Debi, biar begitu dia anak kita, jangan marahi dia, nanti dia semakin tertekan, sudah cukup dengan keadaan dia saat ini, jangan tambah penderitaan Debi lagi.
Indraji : terserah ibu sajalah, ayah sudah cape untuk mengingatkannya, ajari anak kita agar dia lebih mengerti.
            Ayah dan Teguh pun pergi meninggalkan Ibu dan Debi,
Novi     : Debi, sudah debi jangan nangis lagi, maafin ayah dan kakak ya, mungkin ayah dan kakak sedang memiliki masalah. Nanti kita belajar bahasa tangan ya, Debi mau tidak?
Debi    : (iya bu, maafin debi ya, yang benar bu, asiik, semoga orang-orang semakin mengerti Debi ya bu) dengan gerakan tangan se bisanya.
Novi     : iya nak, sekarang kamu harus selalu membawa kertas dan pulpen ya deb, kalau kamu tidak mnembawanya, kamu minta ke orang lain, kamu kan sudah ibu ajarkan cara meminjem alat tulis, jangan lupa ya nak,
Debi    : (iya bu, makasih ya bu udah bisa ngertiin Debi) menerangkan dengan gerakan tubuh.

------------------------------------------------------tamat--------------------------------------------------

2 komentar:

  1. Evarani Jihan Yoanda28 November 2012 pukul 04.29

    ayah yang bijak adalah yang dapat melihat permasalahan anaknya dari segala sisi dan mencoba untuk tetap tenang dihadapan anggota keluarganya...

    BalasHapus
  2. iya bener tuh.. ini sebenarnya skrip drama video sosum.. :D

    BalasHapus