Di siang yang terik, seorang gadis terlihat ingin membeli sesuatu di
sebuah toko yang dilaluinya. Gadis tersebut bernama Debi seorang gadis yang
memiliki sebuah kekurangan yang membuatnya kesulitan dalam menyampaikan pesan
kepada orang lain, kekurangan tersebut ialah tunawicara.
Debi : (permisi bu, bisa saya membeli biscuit di
sini?) dengan gerakan tubuh.
Mona : kenapa dik? Saya tidak mengerti apa yang
adik ucapkan barusan.
Debi : (ini bu, bisakah saya membeli biscuit di
toko ibu ini?)
Debi mencoba menjelaskan secara perlahan, namun pedagang tersebut tetap
kesulitan dalam mengetahui maksut yang ingin di sampaikan Debi.
Mona : aduh dik, adik ini ngomong apa sih saya gak
ngerti dengan gerakan yang adik lakukan. (Mona kesal).
Debi : (saya ingin membeli biscuit bu) dengan
gerakan perlahan Debi terus mencoba untuk menyampaikan pesan yang dia
maksutkan.
Mona : oh, adik mau membeli sabun, sebentar saya
ambilkan. (Mona berjalan mengambil sabun dari tokonya.) namun sebelum Mona
sampai Debi berteriak dan akhirnya Mona kembali menghampiri Debi. Namun beberapa saat kemudian
datanglah seorang pembeli, yang berada di belakang Debi menunggu giliran untuk
melakukan transaksi.
Debi : (bukan bu) sambil berteriak dan terus
menggelengkan kepalanya.
Mona : oh bukan, terus kamu maunya apa? Sabun
bukan, kamu maunya sampo? Apa makanan?
Debi : mendengar kata makanan Debi mengangguk
(iya bu)
Mona : oh makanan, makanan apa? Coklat? Kripik?
Biscuit? Apa mie instan?
Debi : (biscuit bu) dengan gerakan menunjuk
pilihan yang di sebutkan Mona.
Arin : mbak lama sekali sih(Arin mengucapkan
dengan kesal)
Debi : (iya mbak sebentar, maaf ya mbak) dengan
gerakan tubuh Debi meminta maaf.
Arin : saya sudah dari tadi nunggu nih, mbak
dari tadi berbicara tidak jelas mengeluarkan gerakan-gerakan aneh, mending mbak
pulang deh, cari kertas dan tulis di kertas apa yang mbak inginkan! sudah! saya
sudah tidak tahan lagi, lebih baik mbak pergi dari sini.
Tidak lama kemudian seseorang datang
ke toko tersebut, yang ternyata ialah kakak Debi yang sangat galak.
Teguh : kamu ngapain disini? Sudah kaka bilang
setelah pulang kuliah tuh, langsung pulang kerumah, jangan jalan-jalan!
Debi : (maaf ka) Debi mulai bersedih
Arin : harusnya mas bilangin dong ke adiknya
jangan nyusahin orang lain, kalau begini kan jadi menyia-nyiakan waktu saya!
Teguh : maaf ya mbak, maaf kan adik saya, saya akan
membawanya pulang sekarang juga.
Akhirnya Teguh membawa Debi pulang dan transaksi kembali normal kembali.
Saat di perjalanan Teguh terus memarahi Debi.
Teguh : kamu sudah di bilangin berkali-kali tetap
tidak mengerti, kakak malu harus terus mengingatkan kamu di depan orang-orang.
Debi : (maaf ka) Debi terus mencoba meminta maaf
ke kakaknya.
Teguh : kakak sudah cape mengingatkanmu untuk
membawa alat tulis kemana-mana, namun kamu tidak ngerti-ngerti dan berlagak
semua orang dapat mengerti kamu.
Sesampainya di rumah, Ayah dan Ibu
mereka sedang duduk di halaman rumah mereka.
Teguh : Assalamu’alaikum yah, bu..
Debi : (yah, bu, kami pulang) dengan wajah
bersedih Debi memberi salam kepada kedua orang tuanya.
Indraji : Wa’alaikum salam, Debi kenapa guh? Kok ayah
lihat dia sepertinya habis menangis,
Teguh : ini yah, tadi Debi ingin membeli sesuatu di
warung tapi dia lupa membawa peralatan tulisnya.
Indraji : apa! Kan sudah ayah katakan kepada Debi untuk
selalu membawa peralatan tulisnya, Debi!! Kamu ini anak yang tidak bisa
dibilangin orang tua. Sudah berapa kali kamu ayah bilangin namun tidak
ngerti-ngerti, sudah mulai saat ini kamu tidak boleh keluar dari rumah.
Debi : (tapi yah) sambil memohon maaf pada
ayahnya.
Novi : sudah yah jangan marahi Debi terus, malu
di lihat tetangga,
Indraji : biar saja bu, biar semua orang tahu dan
mengerti dengan keadaan debi yang tunawicara.
Novi : Ayah!
Kasihan Debi, biar begitu dia anak kita, jangan marahi dia, nanti dia
semakin tertekan, sudah cukup dengan keadaan dia saat ini, jangan tambah penderitaan
Debi lagi.
Indraji : terserah ibu sajalah, ayah sudah cape untuk
mengingatkannya, ajari anak kita agar dia lebih mengerti.
Ayah dan Teguh pun pergi
meninggalkan Ibu dan Debi,
Novi : Debi, sudah debi jangan nangis lagi,
maafin ayah dan kakak ya, mungkin ayah dan kakak sedang memiliki masalah. Nanti
kita belajar bahasa tangan ya, Debi mau tidak?
Debi : (iya bu, maafin debi ya, yang benar bu,
asiik, semoga orang-orang semakin mengerti Debi ya bu) dengan gerakan tangan se
bisanya.
Novi : iya nak, sekarang kamu harus selalu
membawa kertas dan pulpen ya deb, kalau kamu tidak mnembawanya, kamu minta ke
orang lain, kamu kan sudah ibu ajarkan cara meminjem alat tulis, jangan lupa ya
nak,
Debi : (iya bu, makasih ya bu udah bisa ngertiin
Debi) menerangkan dengan gerakan tubuh.
------------------------------------------------------tamat--------------------------------------------------
ayah yang bijak adalah yang dapat melihat permasalahan anaknya dari segala sisi dan mencoba untuk tetap tenang dihadapan anggota keluarganya...
BalasHapusiya bener tuh.. ini sebenarnya skrip drama video sosum.. :D
BalasHapus